Skip to main content

BENARKAH HARIMAU JAWA SUDAH PUNAH?

Harimau Jawa (panthera tigris sundaica) yang merupakan spesies harimau yang hidup di Jawa, dinyatakan punah pada tahun 1980-an (Toyne dan Hoyle, 1998) (Dikutip dari buku “Berkawan Harimau Bersama Alam” Karangan Didik Haryono & E.T. Paripurno. Namun sebagian orang masih meyakini akan keberadaan Harimau Jawa (panthera tigris sundaica) ini di sejumlah kawasan hutan di Jawa.
Pada dasarnya, kondisi hutan di Jawa terkelompok-kelompok dan terisolasi pada kawasan-kawasan tertentu. Sedangkan habitat Harimau Jawa (panthera tigris sundaica) tersebut kemudian mengalamai fragmentasi akibat luasan hutan yang semakin menyempit.
Seandainya Harimau Jawa (panthera tigris sundaica) ini masih tersisa, tentunya merupakan sebuah fenomena besar. Mengingat kondisi kawasan hutan saat ini, banyak yang telah mengalami alih fungsi dan beberapa pengrusakan secara ekologis. Sayangnya, setiap informasi yang menyatakan bahwa Harimau Jawa (panthera tigris sundaica) tersebut masih ada, tidak didasari dengan pembuktian dan penelitan yang intens. Sehingga rekomendasi yang diberikan tidak mampu mendorong usah perlindungan yang tepat.

Di sini saya mengumpulkan beberapa informasi yang mungkin penting sebagai dasar bahwa Harimau Jawa (panthera tigris sundaica) ini masih ada. Walaupun tidak disertai dengan pembuktian yang nyata, saya harap informasi ini bermanfaat bagi anda yang sedang menapaki jejak keberadaannya.

Informasi ini saya kutip dari berbagai sumber.

  1. Pada 1985 ada catatan bahwa di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, seekor harimau yang disebut "macan gembong" oleh warga daerah itu, mati ditembak setelah menerkam seorang warga. Sedangkan sejumlah warga sekitar Gunung Kotakakhir-akhir ini mempercayai Harimau Jawa masih berkeliaran di kawasan perbatasan daerah itu dengan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Pomo (55), warga Dukuh Growong, Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, bahkan mengaku melihat bekas telapak kaki harimau yang diduga Harimau Jawa, sekitar Desember 2009. dan Yanto (35), warga Dukuh Growong, Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri menyatakan sejumlah warga pernah melihat langsung seekor harimau bersama tiga anaknya tahun 2010 (Sumber: antaranews.com)
  1. Seorang peneliti Didik Rahayono, Sejak 1996, di beberapa kawasan hutan Meru Betiri, Raung, Alas Purwo, Wilis, Wijen, Gunung Slamet bersama rekannya telah berhasil menemukan jejak kaki, feses, garutan di pohon dan rambut yang kesemuanya itu mengindikasikan masih adanya satwa Harimau Jawa.
  1. Tahun 1997 tim ekspedisi PL-Kapai ’97 mengklaim menemukan bekas aktivitas harimau jawa meliputi feses, cakaran di pohon, jejak tapak kaki dan rambut. Walaupun sampel temuan rambut baru teridentifikasi sebagai milik harimau jawa setelah dianalisis pada tahun 2001 (Kompas, 29/09/2003).
  1. Pada tahun 1993 seorang jagawana TNMB (Taman Nasional Meru Betiri )pernah melihat langsung harimau loreng melintas di depan mobil yang ditumpanginya bersama turis asing sewaktu menuju pantai Sukamade. Selain itu pasca ekspedisi PL-Kapai ‘97 pernah ditemukan feses harimau jawa oleh jagawana TNMB di Sukamade pada bulan Mei 1998. Feses tersebut berdiameter 7 cm, dengan pajang 25 cm, terdiri dari dua bolus, mengandung rambut kijang dan babi hutan. Berdasarkan ukuran feses diperkirakan tubuh harimau jawa pelaku defekasi memiliki panjang tubuh sekitar 300 cm dengan berat badan berkisar 200 kg (Sumber: astacala.org)
  1. Diketahui bahwa di Gunung Raung dan Gunung Slamet Jawa Tengah tahun 1999 dan 2000 berlandaskan temuan rambut yang dianalisis menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) membuktikan masih ada harimau jawa.
  1. Warga Desa Candi Binangun, November 2010. Pakem, Sleman, Yogjakarta dihebohkan dengan munculnya seekor harimau. Harimau itu terlihat sedang berkeliaran di permukiman warga. Diduga hewan buas ini turun puncak Merapi yang tengah erupsi dan menyemburkan awan panas. Kondisi harimau ini sangat mengenaskan. Warga yang melihat menyebutkan, tubuhnya dipenuhi debu vulkanik. Sementara kakinya mengalami luka bakar (Sumber: vivanews.com)
  2.  
    Does JAVA TIGER IS extinct?
    Java tiger (Panthera tigris sundaica) which is a species of tigers living in Java, declared extinct in the 1980s (Toyne and Hoyle, 1998) (Quoted from the book "befriended Tiger Joint Nature" Authorship Educate Haryono & ET Paripurno. But some people still believe in the existence of the Javan Tiger (Panthera tigris sundaica) is in some forest areas in Java.
    Basically, the condition of forests in Java are grouped and isolated groups in certain areas. While the habitat of the Javan Tiger (Panthera tigris sundaica) is then experienced the fragmentation of forest area due to the increasingly narrow.
    Had the Javan Tiger (Panthera tigris sundaica) is still remaining, of course, is a major phenomenon. Given the current condition of forest areas, many of which have experienced over the functions and some ecological destruction. Unfortunately, any information which states that the Java tiger (Panthera tigris sundaica) are still there, not based on the evidence and intense research. So the recommendations are not able to push the need appropriate protection.
    Here I collect some information that may be important as the basis that the Java tiger (Panthera tigris sundaica) is still there. Although not accompanied by tangible evidence, I hope this information is useful for those of you who are climbing the trail existed.

    This information I quoted from various sources.
    1. In 1985 there are records that in Wonogiri, Central Java, a tiger, called "tiger kingpin" by the people of the area, was shot after pouncing on a citizen. While some residents around Mount Kotakakhir these days believe Java Tiger is still roaming the border region area with Ponorogo, East Java. Pomo (55), a resident of Hamlet Growong, Ngroto Village, District Kismantoro, Wonogiri, even claimed to see former alleged tiger feet tiger Java, around December 2009. and Yanto (35), a resident of Hamlet Growong, Ngroto Village, District Kismantoro, Wonogiri stated several residents had seen a tiger direct with her three children in 2010 (Source: antaranews.com)
    2. A researcher Educate Rahayono, Since 1996, in some forest areas of Meru Betiri, roar, Purwo Alas, Willis, Sesame, Mount Slamet and colleagues have discovered footprints, feces, hair garutan in the tree and all of which indicates the persistence of wildlife Java Tiger .
    3. PL expedition team in 1997-'97 vessels claimed to find the former Javanese tiger activities include feces, scratches on trees, traces of footprints and hair. Although the findings of new hair samples identified as belonging to Javan tiger after analyzed in 2001 (Kompas, 29/9/2003).
    4. In 1993 a national park ranger (Meru National Park Betiri) never seen a tiger stripe passes directly in front of the car which together host foreign tourists during the beach Sukamade. In addition, the PL-post expedition vessels ever found in feces '97 Javan tiger by national park rangers in Sukamade in May 1998. Stool 7 cm in diameter, with a shelf 25 cm, consists of two bolus, containing deer and boar hair. Based on the size of the Javan tiger feces estimated defecation actor has a body length of about 300 cm with weight ranges from 200 kg (Source: astacala.org)
    5. It is known that at Mt roar and Mount Slamet in Central Java in 1999 and 2000 based on findings that the hair was analyzed using Scanning Electron Microscope (SEM) proves there are still Javan tiger.
    6. Villagers Binangun Temple, November 2010. Grip, Sleman, Yogyakarta dihebohkan with the emergence of a tiger. The tiger was seen roaming the neighborhood residents. Presumably this beast down the middle peak of Merapi eruption and spewing hot clouds. Tiger condition is very pathetic. Residents who saw mention, his body filled with volcanic ash. While his feet were burned (Source: vivanews.com)
       

      Comments