Skip to main content

PERUM PERHUTANI KPH KUNINGAN UNIT JAWA BARAT

Sejarah
Perum Perhutani telah didirikan dengan peraturan pemerintah No. 15 tahun 1972 sebagai realisasi dari undang-undang No.9 tahun 1966. Wilayah kerja Perum Perhutani selanjutnya diperluas pada tahun 1978 dengan masuknya kawasan hutan negara di Propinsi Jawa Barat, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1978.
Dalam perkembangan selanjutnya, penugasan Perum Perhutani mengalami penyesuaian dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara dan disempurnakan pada tahun 1999 melalui penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani).
Pada tahun 2001, bentuk pengusahaan Perum Perhutani ditetapkan oleh Pemerintah sebagai BUMN dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2001. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dimiliki oleh PT Perhutani, bentuk pengusahaan PT Perhutani tersebut kembali menjadi BUMN dengan bentuk Perum berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2003. Dalam operasionalnya, Perum Perhutani berada di bawah koordinasi Kementrian BUMN dengan bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan.
KPH Kuningan merupakan salah satu KPH dari 14 KPH yang ada di wilayah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH kuningan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 73 / MEN / 52 tanggal 16 juni 1952, tentang penetaoan KPH di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kemudian diubah dengan keputusan surat No. 6363 / MEN / 52 wilayah KPH kuningan terbagi dalam 6 BKPH dan terbagi lagi atas 36 RPH.


Letak dan Luas
Secara Astronomik KPH Kuningan terletak pada 6o 51’ – 70o 10’ garis lintang selatan dan 108o – 96o garis Bujur Tumur. Luas KPH Kuningan sebelum kawasan hutan Gunung CIremai dijadikan Taman Nasional adalah 38.660,20 ha, yang terbagi ke dalam 2 wilayah, diantaranya
· Wilayah Kabupaten Kuningan yaitu : 35.104,15 ha
· Wilayah kabupaten Cirebon : 3. 556,05 ha
Batas – batas KPH kuningan :
· Sebelah Tmur berbatasan dengan KPH Pekalongan Barat
· Sebelah Barat berbatasan denagan KPH Majalengka
· Sebelah Utara berbatasan dengan KPH Indramayu SPH Cirebon
· Sebelah Selatan berbatasan dengan KPH Ciamis
Aksesibilitas
Dilihat dari posisi geografisnya KPH kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota SPH Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan.
KPH Kuningan dapat ditempuh dengan beberapa jalur arternatif :
· Tasik – Ciamis – Kuningan
· Sumedang – Kadipaten – Majalengka – Kuningan
· Semarang – Brebes – Kuningan
· Indramayu – Cirebon – Kuningan.
Selain itu jarak tempuh KPH Kuningan dari kota besar adalah :
· Cirebon - KUningan + 35 km
· Bandung – Kuningan + 184 km
· Jakarta – Kuningan + 291 km.
Untuk sampai ke BKPH Garawangi bila ditempuh dari KPH Kuningan, yaitu :
· Kuningan – Awilalarangan – Winuhaji – Karangtawang – Lengkong - Garawangi + 15 km
· Kuningan – Cijoho – Ciporang – Ancaran – Sindangsari – Lengkong – Garawangi + 20 km.
Dan untuk menuju RPH Haurkuning sendiri dapat ditempuh dari BKPH Garawangi dengan jalur :
· Garawangi – Lengkonh – Karangtawang – Winuhaji – Awilalarangan – Pasapen – Kadugede – Haurkuning +25 km.
· Garawangi – Ciniru – Hantara – Ciketak – Kadugede – Haurkuning +65 km.
Sedangkan untuk sampai BKPH Cibibingbin bila ditempuh dari KPH Kuningan,yaitu :
· Kuningan – Garawangi – Lebakwangi – Luraguing – Cibeureum – Cibingbin + 44 km
· Kuningan – Cibeureum – Cibingbin + 38 km.
RPH Cimara itu sendiri dapat ditempuh dari BKPH Cibingbin melalui jalur :
· Cibingbin – Sukadana – Sindangjawa – Sumurwiru – Sukarapih – Cimara (Dusun PUrwasari) +10 km.
· Cibingbin – Cibeureum – Sumurwiru – Sukarapih – Cimara (Dusun Purwasari) +13 km.
Topografi
Topografi kawasan hutan KPH Kuningan sangat bervariasi, dari dataran sampai pegunungan, daratan yang agak rendah seperti di wilayah Kuningan bagian Timur.
Berdasarkan elevasi ketinggian tanah, kawasan hutan KPH Kuningan terbagai atas : ketinggian 25 - 100 meter diatas permukaan laut (mdpl) seluas 69.414,92 Ha (58,90 %), ketinggian 500 - 1.000 mdpl seluas 30.538,15 Ha (25,91 %) dan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl seluas 6.989,01 Ha (5,93 %).
Geologi
Secara geologi, kawasan hutan KPH Kuningan terbagi kedalam dua kelompok yaitu :
a. Sebelah utara yang sebagian besar daerahnya merupakan daerah Undifferentiated Vulkanik yang sangat subur akibat pengaruh Gunung Ciremai, hanya sebagian kecil yang termasuk daerah Flicone Sedimentari Facies yang kurang subur.
b. Sebelah selatan yang merupakan daerah Micone Sedimentari Facies dan Gabro yang sangat subur. Pada bagian ini terdapat bahan untuk membuat Oker dan Nikel di Kecamatan Kadugede.
Jenis Tanah
kawasan hutan KPH Kuningan memiliki tujuh golongan tanah yaitu Andosol, Alluvial, Podsolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol. Golongan tanah andosol terdapat di bagaian Barat kawasan hutan KPH Kuningan yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh dan pinus.
Keadaan tanah yang ada di di kawasan KPH Kuninga, BKPH Garawangi dan BKPH Cibingbin ini banyak ragamnya, ini disebabkan jenis penyusun atau bahan induk terjadinya tanah berbeda pula, tetapi semuanya itu dipengaruhi juga oleh beberapa faktor lain diantaranya adalah konversi lahan untuk budidaya tanaman di sekitar kawasan hutan. Adapun tanah yang ada kawasan BKPH Garawangi dan BKPH Cibingbin, didominasi oleh jenis tanah warna merah pada perbukitan dan untuk lahan datar dan berbukit yang banyak ditanami jati adalah jenis tanah cadas dan sedikit berkapur. Sedangkan untuk lahan perbukitan sampai landai dapat juga ditanami pinus adalah jenis tanah merah sampei tanah bercadas.
Kedalaman efektif tanah berkisar antara 30 cm samapi di atas 90 cm. Kedalaman efektif tanah merupakan tebalnya lapisan tanah sampai batuan induk atau sampai pada suatu lapisan di mana akar tidak dapat menembus. Sebagian besar tekstur tanah termasuk ke dalam tekstur sedang dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi.
Iklim
Keadaan iklim di kawasan hutan KPH Kuningan dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson dengan temperatur berkisar antara 180 C hingga 320 C dengan curah hujan pada bagian Barat dan Selatan terutama daerah lereng Gunung Ciremai berkisar anatar 3.000 – 4.000 mm/tahun, sedangkan pada daerah yang semakin datar di bagian Utara dan Timur berkisar anatar 2.000 – 3.000 mm/tahun.
Hidrologi
Sumber mata air yang cukup potensial dalam jumlah yang cukup banyak berada di Darma, Kadugede, Cigugur, Kuningan, Kramatmulya, Jalaksana, Cilimus, Mandirancan dan Pasawahan, yang jumlahnya mencapai 156 titik, terdapat 147 mata air yang mengalir secara terus menerus sepanjang tahun, 4 mata air mengalir selama 9 bulan dalam setahun, 3 mata air mengalir selama 6 bulan dalam setahun, dan 2 mata air mengalir serlama 3 bulan dalam setahun. Selain itu ada beberapa sumber mata air yang digunakan untuk irigasi dan kegiatan pariwisata, diantaranya : Waduk Darma, Darmaloka, Balong Cigugur, Balong Dalem, Talaga remis dan Cibulan. Debit air di kawasan hutan totalnya diperkirakan sekitar 4.625 liter perdetik Sumberdaya air yang terdapat di Kabupaten Kuningan meliputi :
· Waduk : 1 buah
· Situ : 88 buah
· Sungai : 58 buah
· Mata air panas : 6 buah
· Mata air : 627 titik
Sungai yang cukup besar di kawasan hutan KPH Kuningan adalah Sungai Cisangarung, Cijalengkok, Citaal, Cisande. Sedangkan mata air tersebar di seluruh wilayah, terutama pada kawasan pegunungan dan perbukitan dengan total debit sekitar 8.000 liter per detik. 627 mata air yang terdapat di kawasan hutan KPH Kuningan 92 titik memiliki nilai ekonomis, 68 titik dieksploitasi oleh masyarakat untuk kepentingan air bersih dan MCK, 467 titik belum dapat dimanfaatkan secara ekonomis karena debit airnya relatif kecil.
Ekosistem
Kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani memiliki ekosistem yang beragam, dengan tipe hutan dataran rendah (2-1000 mdpl) Hutan Hujan pegunungan (1000-2400 mdpl) dan hutan sub alpin (>2400 mdpl). Melihat kondisi luasan wilayah dan letak Geografis kawasan hutan KPH Kuningan sudah dapat dipastikan bahwa kawasan hutan KPH Kuningan merupakan daerah penyangga bagi wilayah lain yang berbatasan dengan diantaranya Kab dan Kota Cirebon, sebagian Indramayu, Brebes Jawa Tengah dan Kab. Ciamis.
Ekosistem yang ada dilapangan, ternyata dipengaruhi oleh pegunungan / pemanfaatan lahan serta diperuntukan. Untuk ekosistem yamg alami dan kelihatannya masih seimbang adalah ekosistem yang ada di kawasan hutan lindung karena habitat belum terganggu daan sebagian besar banyak belum terjamah oleh manusia. Berikut adalah jenis – jenis yang ada di lapangan :
· Ekosistem Hutan (Hutan Lindung, Hutan Produksi)
Ekosistem Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan yang satu dan lainnya tidak dapat dipsahkan.
· Ekosistem Ladang
Ekosistem Ladang adalah hubungan komponen biotic dan abiotic yang berupa kering atau areal tanah tadah hujan yang didalamnya saling berinteraksi
· Ekosistem Sawah
Ekosistem Sawah adalah hubungan komponen biotic dan abiotic yang hidup atau berinterksi di areal sawah / persawahan yang satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan
· Ekosistem Sungai
Ekosistem Sungai adalah hubungan komponen biotic dan abiotic yang berupa aliran air di permukaan tanah yang di sebut aliran sungai.
Flora
Hutan di kawasan hutan KPH Kuningan memiliki berbagai jenis vegetasi yang diantaranya adalah Kantong semar (Nepenthaceae) dan Dadap Jingga (Erythrina sp). Jenis-jenis anggrek yang mendominasi adalah jenis anggrek Vanda tricolor dan Eria sp, sedangkan jenis anggrek terestial yang mendominasi adalah Calenthe triplicata, Macodes sp, Cymbidium sp dan Malaxis iridifolia. Secara umum vegetasi di kawasan hutan KPH Kuningan yang masih baik didominasi keluarga Huru (Litsea spp), Mareme (Glochidion sp), Mara (Macaranga tanarius), Saninten (Castonopsis argentea.), Sereh Gunung(Cymbophogon sp), Hedychium sp. Ariasema sp. Dan Edelweis (Anaphalissp)(LIPI, 2001).
Fauna
Satwa langka di kawasan hutan KPH Kuningan, antara lain: Macan Kumbang (Panthera pardus), Surili (Presbytis comata), dan Elang Jawa (Spyzaetus bartelsi). Jenis satwa lainnya adalah Lutung (Presbytis cristata), Kijang (Muntiacus muntjak), Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Ular Sanca (Phyton molurus), Meong Congkok (Felis bengalensis), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Ekek Kiling (Cissa thalassina), Sepah Madu (Perictorus miniatus), Walik (Ptilinopuscinctus), Anis (Zoothera citrina) dan berbagai jenis burung berkicau lainnya. Terdapat ± 20 jenis burung sebaran terbatas yang di dalamnya terdapat 2 jenis burung terancam punah yaitu Cica Matahari (Crocias albonotatus) dan Poksai Kuda (Garrulax rufrifons) serta 2 jenis burung status rentan yaitu Ciung Mungkal Jawa (Cochoa azurea) dan Celepuk Jawa (Otus angelinae)
Sosial Ekonomi Masyarakat
Penduduk yang berada di sekitar kawasan hutan KPH Kuningan Tahun 2007 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.102.354 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,17% pertahun. Penduduk laki-laki sebanyak 549.118 orang dan penduduk perempuan sebanyak 553.236 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya.
Penduduk di sekitar kawasan hutan KPH Kuningan umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya, namun untuk daerah perbatasan dengan Jawa tengah mereka juga ada yang bertutur dengan menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Sunda yang digunakan di Kuningan memiliki ciri tersendiri (bahasa wewengkon) dibandingkan dengan bahasa Sunda yang digunakan di daerah Priangan barat.
Sebagain besar penduduk di sekitar kawasan hutan KPH Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.


Comments

  1. "fahutan asik"
    bukan asoy........... ^^

    ReplyDelete
  2. Yth D14H
    Maaf atas keterlambatan balasan komentarnya. Untuk saat ini, blog ini sudah mengalami perubahan. Saya sengaja menggunakan background putih untuk memperjelas tulisan yang dimuat.
    Sebenarnya "Asoy" merupakan selogan untuk FHUT UNIKU. Dan mungkin berbeda dengan Asik dari FHUT IPB.

    Terima kasih atas komentarnya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Isi Komentar kamu untuk Posting ini!!