Skip to main content

KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Guna Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Ekonomi Hutan

Oleh:
Solihul Hadi
Wandi ruswandi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Sektor Kehutanan melalui kegiatan pengusahaan hutan di kawasan hutan produksi dan industrialisasi kehutanan selama 3 dekade lebih telah memberikan kontribusi signifikan terhadap proses pembangunan nasional. Selama periode tersebut sektor kehutanan telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pertambahan nilai investasi, peningkatan kinerja ekspor, pendapat negara melalui pendapatan pajak dan non pajak, serta penciptaan peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja.Berdasarkan sensus penduduk BPS tahun 2003, mengindikasikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 220 juta orang. CIFOR (2004) dan BPS (2000) menggambarkan bahwa kurang lebih 48,8 juta diantaranya tinggal di sekitar kawasan hutan dan sekitar 10,2 juta orang diantaranya tergolong dalam kategori miskin. Penduduk yang bermata pencaharian langsung dari hutan sekitar 6 juta orang. Apabila diasumsikan bahwa setiap tenaga kerja di sektor kehutanan menanggung minimal 3 orang, maka usaha di sektor kehutanan telah menjadi gantungan hidup 24 juta orang. Sebanyak 3,4 juta orang diantaranya bekerja di sektor swasta kehutanan. Secara tradisi, pada umumnya masyarakat tersebut memiliki mata pencaharian dengan memanfaatkan produk-produk hutan, baik kayu maupun bukan kayu antara lain rotan, damar, gaharu, lebah madu.
Propinsi Kalimantan Timur merupakan propinsi terluas di Indonesia, yang terdiri dari 13 kabupaten/kota, tersebar dari wilayah selatan hingga ke utara. Masing-masing daerah tersebut memiliki karakteristik dan potensi daerah yang berbeda, yang merupakan unggulan dari daerah tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut. Pada tahun 2006, luas hutan di Kaltim mencapai 10,8 juta hektar (ha) yang terdiri dari enam jenis hutan, yaitu: 1) hutan lindung; 2) hutan suaka alam dan wisata; 3) hutan produksi terbatas; 4) hutan produksi tetap; 5) hutan produksi yang dapat dikonversi; 6) hutan pendidikan/penelitian. Hutan produksi tetap yang luasnya mencapai 3,4 juta ha merupakan kawasan hutan terluas dari keenam jenis hutan yang ada di Kaltim. Secara keseluruhan kabupaten/kota yang memiliki kawasan hutan terluas adalah Kabupaten Kutai Barat dengan luas areal hutan mencapai 3.064.559 ha. Industri kehutanan di Kaltim terus mengalami penurunan selama tujuh tahun belakangan ini. Pada tahun 2001, kontribusi sektor kehutanan Kaltim terhadap PDRB mencapai 3,40 persen. Kemudian kontribusinya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Akhirnya pada tahun 2006, kontribusi sektor kehutanan Kaltim terhadap PDRB hanya sebesar 2,39 persen.

I.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui peran dan pengaruh sector kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Kalimantan Timur.

I.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah peran dan pengaruh sector kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Kalimantan Timur?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya infrastruktur ekonomi.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilakan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.
PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauhmana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan.

II.2 Konsep Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
1. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Pasar
PDRB atas dasar harga pasar merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari seluruh sektor perekonomian didalam suatu wilayah dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dimaksud dengan nilai tambah adalah selisih nilai produksi dengan biaya antara.
2. Produk Domestik Regional Neto atas Dasar harga Pasar
PDRN atas dasar harga pasar merupakan PDRB yang dikurangi dengan penyusutan. Penyusutan dikeluarkan dari PDRB oleh karena susutnya barang modal selama berproduksi.
3. Produk Domestik Regional Neto atas Dasar Biaya Faktor
PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi pajak tak langsung ditambah dengan subsidi dari pemerintah.
4. Pendapatan Regional
PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi dalam proses produksi, dan tidak seluruhnya menjadi milik suatu daerah/wilayah karena termasuk pula didalamnya pendapatan penduduk wilayah lain. Demikian sebaliknya, PDRN tersebut harus pula ditambah dengan pendapatan yang diperoleh daerah lain. Bila pendapatan penduduk yang masuk dan keluar dapat dicatat dengan pendapatan neto antar wilayah/daerah didapatkan pendapatan regional (Produk Regional Bruto). Karena sulitnya memperoleh data pendapatan masuk dan keluar suatu wilayah maka PDRN atas dasar biaya faktor diasumsikan sama dengan pendapatan regional atau pendapatan neto.
5. Pendapatan Regional Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan pendapatan yang diterima oleh masing-masing perkepala penduduk. Pendapatan perkapita tersebut dihasilkan dengan membagi pendapatan regional/produk regional neto dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
6. Produk Domestik dan Produk Regional
Ada perbedaan pengertian dalam literatur ekonomi mengenai produk domestik dengan produk regional. Kenyataan menunjukan bahwa sebagian kegiatan produksi yang dilakukan disuatu daerah, beberapa faktor produksinya berasal dari wilayah/ daerah lain seperti tenaga kerja, mesin dan modal. Sehingga nilai produksi di wilayah atau domestik tidak sama dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk tersebut, yang pada akhirnya menimbulkan perbedaan antara produk domestik dan produk regional.
Produk regional merupakan produk domestik yang ditambahkan pendapatan yang mengalir kedalam wilayah tersebut, kemudian dikurangi pendapatan yang mengalir keluar wilayah. Sehingga dapat dikatakan produk regional pada dasarnya merupakan produk yang betul-betul dihasilkan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki penduduk dalam wilayah yang bersangkutan.
7. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Barlaku dan Harga Konstan
Pendapatan regional atas dasar harga konstan.didapat melalui operasi pengurangan Pendapatan regional atas dasar harga berlaku dengan perkembangan inflasi .

BAB III METODE PENULISAN

Analisis peran sector kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kalimantan timur dilakukan dengan pendekatan menganalisis data persentase PDRB di sub sector kehutanan tahun 2001-2006 yang bersumber dari BPS Provinsi Kaltim (2008) yang kemudian di sajikan dengan ulasan deskriptif bagaimana peran sector kehutanan terhadap PDRB Kalimantan Timur tersebut. Data tersebut digolongkan dalam beberapa segment yaitu diantaranya :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Timur tahun 2001-2006.
2. Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Timur tahun 2001-2006 dari semua sektor.
3. Kontribusi Sektor Kehutanan Kaltim Terhadap PDRB (%) Tahun 2001-2006.
Dari data yang di dapat diatas kemudian di analisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau peran sector kehutanan terhadap PDRB provinsi Kalimantan timur. Kemudian akan diketahui pula berapa persen sector kehutanan terlibat dalam perkembangan PDRB provinsi Kalimantan timur setiap tahunnya.
Dalam melaksanakan pengolahan data ini, pembahasan dibatasi hanya dalam ruang lingkup seberapa besar sector kehutanan dapat berpengaruh terhadap perkembangan PDRB yang dengan demikian bahwa dari sector kehutanan yang dapat di nilai secara ekonomis mampu mempengaruhi dan seberapa penting sector tersebut terhadap perekonomian provinsi Kalimantan timur.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Sektor Kehutanan Kalimantan Timur
Pada tahun 2006, luas hutan di Kaltim mencapai 10,8 juta hektar (ha) yang terdiri dari enam jenis hutan, yaitu: 1) hutan lindung; 2) hutan suaka alam dan wisata; 3) hutan produksi terbatas; 4) hutan produksi tetap; 5) hutan produksi yang dapat dikonversi; 6) hutan pendidikan/penelitian. Hutan produksi tetap yang luasnya mencapai 3,4 juta ha merupakan kawasan hutan terluas dari keenam jenis hutan yang ada di Kaltim. Secara keseluruhan kabupaten/kota yang memiliki kawasan hutan terluas adalah Kabupaten Kutai Barat dengan luas areal hutan mencapai 3.064.559 ha. Industri kehutanan di Kaltim terus mengalami penurunan selama tujuh tahun belakangan ini. Pada tahun 2001, kontribusi sektor kehutanan Kaltim terhadap PDRB mencapai 3,40 persen. Kemudian kontribusinya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Akhirnya pada tahun 2006, kontribusi sektor kehutanan Kaltim terhadap PDRB hanya sebesar 2,39 persen.

Tabel 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB Kaltim Tahun 2000-2006
TAHUN PDRB Klaimantan Timur
(Juta Rupiah) Kontribusi Sektor Kehutanan Kaltim Terhadap PDRB (%)
Sector kehutanan PDRB Total
2001
2002
2003
2004
2005
2006 2,933,492
2,706,486
2,597,267
2,416,343
2,358,084
2,309,918 86,348,105
87,850,397
89,483,540
91,050,429
93,938,002
96,585,471 3.40
3.08
2.90
2.65
2.51
2.39

Penurunan kontribusi kehutanan terhadap PDRB provinsi Kalimantan timur ini disebabkan karena pasokan produk hutan akibat deforestasi yang berkepanjangan. Pasokan produk hutan ini meliputi kayu, non-kayu dan jasa lingkungan. Meskipun telah diupayakan peningkatannya, pasokan produk hutan non kayu masih belum memperoleh permintaan pasar yang cukup menarik untuk dapat dikelola dalam skala ekonomis. Sementara itu, produk hutan jasa lingkungan hutan tampaknya lambat laun mulai memasyarakat terkait dengan produk jasa ekoturisme namun pada arah tersebut belum adanya perkembangan yang signifikan secara ekonomi terhadap PDRB Kalimantan Timur (Herry Suhermanto, 2008).
Dari data di atas, terlihat bahwa sector kehutanan hanya memberikan kontribusinya rata-rata sebesar 2,8 % per tahun, dengan tingkat penurunan rata-rata setiap tahunnya sebesar 0,2 %. Namun, sementara di sector lain mengalami kenaikan yang sangat tinggi dalam PDRB total dengan rata-rata yaitu sekitar Rp 2,047,473 setiap tahunnya. Hal ini dapat terlihat dari kurfa yang tergambar berikut ini.
.
Penurunan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB disebabkan oleh penurunan produksi kayu di Kaltim. Sedangkan penurunan produksi kayu disebabkan oleh penurunan ketersediaan bahan baku kayu untuk industri. Kemudian permasalahan seperti ini menyebabkan industri-industri kehutanan di Kaltim menjadi kolaps. Pengangguran pun akan menjadi semakin banyak. Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, harus diupayakan suatu tindakan untuk mencegah keterpurukan industri kehutanan di Kaltim. Salah satu solusinya adalah dengan pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dengan pengembangannya. HTI lebih produktif dalam memasok kebutuhan kayu untuk pengolahan industri dibandingkan dengan hutan tanaman. Produksi rata-rata hutan tanaman mencapai 30-70 m3/ha/tahun, sementara hutan alam hanya 0,5-3,0 m3/ha/tahun. Sehingga pengharapan dari produksi kayu hasil hutan tanaman sector kehutanan tidak akan mampu bersaing dengan sector lain. Oleh sebab itu kaitannya aspek ekologis serta kondisi deforestasi di hutan alam produksi yang semakin meningkat, maka dibutuhkan sekali kontribusi dari hasil hutan bukan kayu dengan diadakannya pengembangan dalam produk untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar.

TINGKAT PENURUNAN KONTRIBUSI KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
2001-2006
TAHUN 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006
PERSENTASE 0.32 0.18 0.25 0.14 0.12

BAB V KESIMPULAN
1. Sektor kehutanan selalu memberikan kontribusi bagi perekonomian Provinsi Kalimantan Timur dalam kurun waktu 2001 sampai 2006 dengan persentase rata-rata sebesar 2,8 % per tahun.
2. Setiap tahunnya yaitu tahun 2001-2006 sektor kehutanan mengalami penurunan kontribusi rata-rata sebesar 0,2 % per tahun dengan penurunan terbesar yaitu pada tahun 2001-2002 yaitu sebesar 0,23 %.
3. Penurunan kontribusi kehutanan terhadap PDRB disebabkan karena penurunan produksi kayu di Kaltim. Sedangkan penurunan produksi kayu disebabkan oleh penurunan ketersediaan bahan baku kayu untuk industri. Selain itu untuk produksi hutan non kayu kurang adanya permintaan pasar yang memiliki nilai ekonomis, sehingga dibutuhkannya pengembangan lebih lanjut terhadap sector tersebut dalam upaya menggantikan produksi kayu yang semakin berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Struktur ekonomi, http://tanjabbarkab.go.id/ekonomi/stru_eko3.htm
Anonim, 2009, definisi PDRB, http://asalgoblack.blogsarena.com/35044/
Awang Faroek Ishak, 2008, Potensi Ekonomi Kaltim, Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT, Kalimantan timur
Herry Suhermanto, 2009, Pengaruh Pasar Terhadap Industri Kehutanan Nasional, bappenas.go.id/get-file-server/node/2994/
Nur Arifatul Ulya, 2009, Peranan Sektor Kehutanan Dalam Sistem Perekonomian Provinsi Sumatera Barat, www.dephut.go.id/files/NurArifatul.pdf

Comments