BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu afrika atau kayu marsusi (Maesopsis eminii, Engl) adalah salah satu jenis kayu yang pertumbuhannya cukup bagus dan berpotensi komersial untuk bahan bangunan dan furniture (Nugraha, 1998). Kayu afrika termasuk kelas awet V dan kelas kuat III/IV, bertekstur kasar dan kayunya mudah menyerap zat-zat cair. Kayu ini banyak dimanfaatkan untuk konstruksi ringan di bawah atap, peti kemas, box, dan kayu lapis (Ginting et al., 1999).
Kendala dalam silvikulture kayu afrika adalah, benihnya memerlukan waktu yang lama untuk berkecambah akibat kulit biji yang tebal dan keras. Benih yang telah berakhir masa dormansinya, dalam periode 15-25 hari mas perkecambahan akan berkecambah (Nugraha,1998). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharto (2003) bahwa, reproduksi generatif spesiesspesies tumbuhan hutan yang bijinya termasuk golongan biji orthodox mengalami masa dormansi atau biji rekalsitran yang berumur sangat pendek. Karakteristik biji ini mengakibatkan sebagian besar terdapat kendala dalam pengujian mutu fisiologis dan genetik benih di laboratorium pada uji perkecambahannya.
Haygreen dan Bowyer (1993) menyatakan bahwa, kayu afrika mempunyai masa dormansi biji yang lama (2-7 bulan) dan memiliki daya kecambah yang rendah. Selanjutnya, Binggeli (1997) menyatakan bahwa, terjadinya perkecambahan benih kayu afrika tidak karena cahaya tapi akibat adanya kelembaban tanah selama 80 hari lebih pada awal terjadinya perkecambahan.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang karakteristik kayu afrika pada hutan tropika basah berbuah setiap tahun, polinasi dengan bantuan angin, dormansi benih 2-7 bulan, pematahan dormansi dengan kelembaban, perkecambahan lebih dari 80 hari, ukuran benih 0,6 x 1,2 cm, kulit keras (nuts), dan berat benih 0,2 g (Binggeli, 1999 dalam Anonim, 2001).
adanya modifikasi diri dalam karakteristik fisik dan fisiologis biji. Menurut Suharto (2000) bahwa, untuk mendesain teknologi pematahan dormansi biji diperlukan pengetahuan tentang karakteristik bijinya, meliputi: sifat fisik biji, struktur biji dan karakter fisiologis dan genetic biji.
1.2 Tujuan
1. Ingin mengetahui pohon afrika secara fisik.
2. ingin mengidentifikasi karakteristik pohon afrika.
3. ingin mengidentifikasi manfaat kayu afrika.
4. ingin mengidentifikasi sifat, struktur dan karakteristik biji pohon afrika.
1.3 Rumusan Masalah
1. bagaimanakah bentuk fisik pohon afrika ?
2. bagaimanakah karakteristik pohon afrika ?
3. apa saja manfaat dari kayu afrika ?
4. bagaimanakah sifat, struktur dan karakteristik biji pohon afrika ?
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi
KAYU AFRIKA
Maesopsis eminii Engl.
Kingdom | : Plantae (tumbuhan) |
Subkingdom | : Tracheobionta (berpembuluh) |
Superdivisio | : Spermatophyta (menghasilkan biji) |
Divisio | : Magnoliophyta (berbunga) |
Kelas | : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) |
Sub-kelas | : Rosidae |
Ordo | : Rhamnales |
Familia | |
Genus | : Maesopsis |
Spesies | : Maesopsis eminii Engl. |
Deskripsi Morfologi Buah Kayu Afrika
Buah kayu afrika (Maesopsis emini) termasuk buah tunggal, dengan bentuk bulat memanjang, bagian ujung buah meruncing, pangkal buah tumpul dengan daging buah lunak dan tipis. Buah tunggal terbentuk dari ovary (bakal buah) tunggal, biji terletak di bagian dalam buah. Pada saat buah masak, biji juga telah terbentuk dengan sempurna. Dinding ovary (pericarp) tersusun dari tiga lapisan, yaitu exocarp atau kulit buah merupakan lapisan terluar, mesokarp atau daging buah merupakan lapisan tengah, dan endocarp atau selaput kulit biji merupakan lapisan terdalam. Hasil pengamatan visual pada buah kayu afrika menunjukkan bahwa, karena terbentuk dari bagian parenchyma hidup yang sukulen. Buah kayu afrika merupakan buah batu yang memiliki integumen yang keras seperti batu.
Deskripsi Morfologi Biji Kayu Afrika
Biji kayu afrika (Maesopsis eminii) digolongkan buah batu (stony seed) karena bagian luar halus berwarna kuning kecokelatan. Kulit biji inilah yang merupakan bagian buah yang paling keras. Biji kayu afrika berbentuk panjang lonjong dengan seed apex (ujung biji) meruncing dan pangkal buah tumpul. Hasil pengukuran diperoleh rata-rata panjang biji 2,30 ± 0,46 cm, rata-rata diameter biji 1,52 ± 0,30 cm, rata-rata tebal kulit biji 0,42 ± 0,08 cm.
Hasil pengamatan deskriptif morfologi biji kayu afrika memperlihatkan bahwa, kulit bijinya berwarna cokelat kekuningan dan di dalamnya terdapat endosperm berwarna putih susu, kulit bijinya keras dan impermeabel terhadap air (H2O) dan gas (O2). Hal ini merupakan penyebab dormansi pada biji, sehingga untuk pematahan dormansi biji perlu dilakukan skarifikasi untuk melemahkan dan meretakkan kulit biji yang keras tersebut.
Deskripsi Morfologi Kotiledon dan Embrio Kayu Afrika
Hasil pengamatan visual terhadap morfologi embrio kayu afrika pada Gambar 3menunjukkan bahwa, embrio berwarna putih kekuningan (putih susu), dan berbentuk bulat. Embrio kayu afrika melekat sangat kuat pada kotiledon, sehinga pada saat dipisahkan terdapat bagian kotiledon yang ikut terbawa (melekat) pada embrio. Hasil pengukuran embrio menunjukan bahwa, rata-rata panjang kotiledon dan embrio adalah 1.04 + 0,20 cm, dan rata-rata diameter 0,54 + 0,11 cm.
Sifat Fisik Bij Kayu Afrika
- berat segar rata-rata satu buah adalah 4.04 + 0,91 gram, dengan demikian dalam satu kg berat segar buah terdapat 260 + 50 buah segar. Berat kering rata-rata buah adalah 1,44 + 0,34 gram, jadi dalam 1 kg berat jering buah kering terdapat 700 + 150 buah kering. Volume buah segar setelah di ukur dengan mengunakan gelas ukur didapatkan rata-rata volume per-buahnya adalah 3,9 + 0,88 ml.
- kadar air biji, kadar air rata-rata biji kayu afrika yang telah masak adalah 55,62% + 12,60%. Hal ini menunjukan bahwa benih kayu afrika tergolong benih rekalistran sehingga bila kadar air bijinya diturunkan maka persen daya kecambah akan rendah atau bahkan nol. Dengan demikian, kadar air biji kayu afrika harus dipertahankan pada kisaran adalah 55,62% + 12,60% selama periode dormansinya. Ini sejalan dengan Sutopo(1998) yang menyatakan bahwa pada penyimpanan biji ortodox perlu menurunkan kadar air pada saat panen yang besarnya 25%-30% sehingga mencapai nilai yang cukup rendah sebesar 12% melalui peroses pengeringan. Akan tetapi, untuk benih yang di rekalsitran dengan kadar air saat panen lebih dari 30%, akan akan hilang viabilitasnya bila kadar air bijinya mencapai 12%.
- Kekuatan Kulit Biji. Daya tekan yang diperlukan untuk meretakan/memecahkan kulit biji adalah 5930,89 N sampai dengan 6200,48 N hal ini menunjukan bahwa, kulit biji kayu afrika tergolong sangat keras. Keadaan ini mengakibatkan vigor benih direndahkan oleh kerasnya kulit biji sehingga perkecambahan dalam kondisi alamiah akan diperoleh indeks vigor dan persen kecambah yang tinggi harus dilakukan skarifikasi benih pregermination.
- Imbibisi Biji. Rata-rata imbibisi biji kau afrika adalah 0,41 + 0,20 ml. Hal ini menunjukan kemampuan biji dalam menyerap air adalah sebesar 0,21-0,61ml perbenih dalam waktu 48 jam. Besaran imbibisi tergolong rendah ini, diduga karena kadar air biji segar sudah cukup tinggi yaitu 55,62% + 12,6%. Menurut Suharto (2000) bahwa, imbibisi biji dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, meliputi permabilitas selaput biji, bagian luas permukaan biji yang berhubungan dengan air, dan komposisi kimia, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, ketersediaan air dan tekanan osmotik dan lamanya imbibisi.
Struktur Biji Kayu Afrika
- Struktur Buah. Struktur buah kayu afrika terdiri dari a. Kulit buah merupakan bagian terluar berwarna coklat kehitaman dan lunak, b. Daging buah merupakan lapisan setelah kulit buah, lapisan ini berwarna putih kekuningan dan lunak dengan ketebalan 0,24 + 0,05 cm, dan b. Selaput kulit biji merupakan lapisan terluar dari pericarp yang berwarna kuning kecoklatan.
- Struktur Biji. Terdiri lapisan-lapisan sebagai berikut : a. Kulit biji yang merupakan lapisan yang cukup tebal, keras dan berkayu. Pada umumnya kulit biji berasal dari integumen ovule yang mengalami modifikasi selama peroses pembentukan biji berlangsung. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan serangga. Kulit biji terdiri dari tiga lapisan 1. outer integumen, merupakan lapisan terluar benih kayu afrika yang berwarna cokelat kehitaman 2. aril, merupakan lapisan yang berada ditengah-tengah yang berwarna cokelat gelap kehitaman 3. inner integumen, yaitu lapisan terdalam dari kulit benih yang berwarna cokelat
saya pd th 1996 meneliti sifat fisik mekanik kayu afrika. ternyata dr hasil penelitian tsb. memang ky efrika berpotensi sebagai substitusi (pengganti) dari jenis jenis kayu yg saat ini kita kenal. sifatnya yg FGS(Fast Growing Spesies) sgt membantu dalam proses budidaya dan pengembangannya. akan lebih meningkat lagi umur pakai/keawetan dan kekuatannya apabila dilakukan proses pengawetan dan pengolahan dari kayu solid menjadi kayu/papan laminasi dan sebagainya. Bagaimana, ada yang berminat ?
ReplyDeletedmana bisa dapat bibit kayu afrika?berapa harga bibit per kilonya?mohon pencerahannya ke email saya jomatiuh@yahoo.com
ReplyDeleteterima kasih
@Acil: Maaf atas keterlambatab balasannya. Mungkin yang anda maksud adalah benih, bukan bibit. Sebelumnya mohon informasikan untuk daerah mana kebutuhan benih yang anda maksud. Untuk daerah bisa saya cari informasinya.
ReplyDeleteTerima kasih
saya di palembang,apakah d palembang ada yg jual benih kayu afrika?berapa per kg nya?
ReplyDelete