Skip to main content

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HILANGNYA AIR DAN INFILTRASI




Intensitas dan jumlah total presipitasi tahunan, seperti potensi evaportranspirasi, mempengaruhi jumlah air yang masuk ke dalam tanah sepanjang tahun.
Infiltrasi merupakan mekanisme masuknya air ke dalam tanah. Laju air memasuki tanah ditentukan lebih spesifik oleh kadar air awal, permabilitas permukaan, karakter internal tanah (ruang pori, tingkat kemampuan unutk mengembangnya koloid tanah, serta kandungan bahan organik), intensitas dan lamanya hujan serta temperatur tanah dan air (Kramer, 1969) Hanya ketika intensitas air hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah makan akan terjadi run –off. Dengan aktivitas mengembang dan mengecil (sponglike) yang baik pada sebagian besar lantai hutan di laju infiltrasi yang tinggi pada tanah mineral dibawahnya, hanya kecil kemungkinan untuk terjadinya run-off air permukaan pada hutan yang tua. Aliran melalui permukaan tanah secara normal bukan masalah yang sangat serius pada hutan yang tidak ada gangguan, bahkan pada daerah pegunungan yang curam sekalipun.
Ketika air hujan yang melebihi kapasitas infiltrasi, kelebihn air terakumulasi pada permukaan kemudian mengalir diatas permukaan tanah menuju kanal-kanal sungai. Aliran air yang tidak tertampung ini mengalir terkonsentrasi pada kanal-kanal sungai tertentu dan mengakibatkan terjadinya puncak aliran yang lebih besar dengan tempo yang lebih singkat daripada air yang terinfiltrasi dan menembus kedalam tanah sebelum muncul kembali sebagai aliran sungai. Kecepatan aliran yang tinggi dapat mengakibatkan banyak erosi. Pemadatan tanah oleh alat-alat berat untuk pemanenan, kerusakan akibat persiapan lahan dan kegiatan-kegiatan yang dapat menurunkan kapasitas infiltrasi dan menyebabkan air berpindah melalui permukaan tanah harus mendapat perhatian yang besar bagi para pengelola hutan. Terutama perhatian ditunjukan pada tanah yang dangkal dan yang mempunyai laju infiltrasi yang rendah. Tanah-tanah yang basah akibat genangan neraca air atau karena letaknya disepanjang saluran irigasi biasanya sangat mudah menaruh porositus dan permeabilitas akibat pemadatan.
Lapiasan serasah yang menutupi lantai hutan sangat penting didalam menjaga tingginya laju infiltrasi. Lapisan serasah menyerap air beberapa kali beratnya, mengurangi akibat hempasan air hujan, mencegah agitasi partikel air mineral dan mengurangi mengerasnya permukaan (Woordridge, 1970). Pergerakan aliran literal air yang lambat memungkinkan terjadinya infiltrasi pada waktu yang lebih panjang. Laju infiltrasi yang melewati serpihan humus dan mengikat mineral tanah biasanya lebih besar daripada melalui humus yang lebih padat. Masuknya bahan organik kedalam tanah mineral, baik secara alami maupun buatan, meningkatkan permeabilitas akibat meningkatnya porositas. Tanah hutan mempunyai makropori yang tinggi yang dapat dilewati air dalam jumlah yang besar. Sebagian besar makropori berkembang dari lorong akar yang tua dan lorong yang dibuat oleh serangga, cacing atau hewan lain. Beberapa merupakan hasil dari struktur pori dan retakan dalam tanah. Akibat dari struktur tanah yang lebih tinggi, adanya lorong-lorong, laju perkolasi air pada tanah hutan lebih tinggi dibanding tanah yang ditunjukan untuk budidauya . Wood (1977) menemukan bahwa laju infiltrasi air pada tanah hutan meningkat dibanding tanah yang ditanam pakan ternak, nanas atau tebu di hawai. Ditemukan pada tanah hutan kerapatan isi (BD) dan porositas yang lebih besar dibanding pada lahan pertanian, akhirnya akan mempunyai ruang simpan air lebih besar pada kedalaman 15-45 cm.
Adanya batu meningkatkanlaju infiltrasi air dalam tanah karena perbedaan perluasan dan kontrasi antara batu dan tanah dalam lorong dan makropori. Tetapi batu mereduksi kapasitas rusng penyimpanan air.
Apabila salju menutupu tanah sebelum cuaca membeku, hal ini akan melindungi air tanah dari pembekuan, penguapan akan membuat permeabilitas tetap baik selama musim dingin. Tetapi apabila tanah sudah membeku sebelum salju menutup, salju yang menutup akan menunda mencairnya salju dimuim semi, menurunnya tanah, infiltrasi dan penyimpanan air dalam tanah, meningkatnya rum-off permukaan. Pada daerah transisi antara hutan boreal dan tundera, pembekuan mencegah infiltrasi air dan menghasilkan lumpur meskipun presentasi total agak rendah.
Terbakarnya hutan DAS (Tanggul) mengakibatkan lapisan penahan air di bawah permukaan abu yang dapat menyebabkan erosi berlebihan dan run-off dan menghalangi tumbuhnya vegetasi kembali diatas kisaran lahan. Panas yang masuk ke dalam penahan air yang dihasilkan akibat penguapan bahan organik yang hidropobik diatas permukaan tanah selama terjadinya kebakaran dan berakibat kondedsasi pada bagian dasar tanah yang lebih dingin. Bahan-bahan tersebut di identifikasi sebagai senyawa hidro karbon turunan dari materi utama tanaman yang terdekomposisi (Savage et al. 1972)



FACTORS INFLUENCING THE LOSS OF WATER AND INFILTRATION

The intensity and the total annual precipitation, such as potential PET, affect the amount of water into the soil throughout the year.
Infiltration is the mechanism of entry of water into the soil. The rate of water entering the soil is determined more specifically by the initial water content, permabilitas surface, the internal character of the soil (pore space, the level of capability deployment fatherly soil colloids, and organic matter content), intensity and duration of rainfall and soil temperature and water (Kramer, 1969) Only when the rain intensity exceeds soil infiltration capacity eat run-off will occur. By swell and shrink activity (sponglike) is good on most of the forest floor in a high infiltration rate on the underlying mineral soil, only a small possibility for the occurrence of surface water run-off on the old forest. Flow through the soil surface is normally not a very serious problem in the forest there is no interference, even on steep mountain areas though.
When the rain water that exceeds the infiltration capacity, kelebihn water accumulates on the surface then flows over the land surface toward stream channels. The flow of water that is not accommodated these flows are concentrated in certain river channels and result in greater peak flow with the tempo that is shorter than the water and penetrate into the soil terinfiltrasi before reappearing as a river flow. High flow velocity can cause a lot of erosion. Soil compaction by heavy equipment for harvesting, land preparation and damage caused by activities that can reduce infiltration capacity and cause water to move through the soil surface should have a great concern for forest managers. Especially attention is shown in the shallow soil and which have a low infiltration rate. Soils are wet from a pool of water balance or because they are located along the irrigation canal is usually very easy to put porositus and permeability due to compaction.
Lapiasan litter covering the forest floor is very important in maintaining the high rate of infiltration. Litter layer of water absorbing several times its weight, reduced due to the blows of the rain water, prevent agitation of particles of mineral water and reduce hardening of the surface (Woordridge, 1970). The movement of the slow flow of water literally allows the infiltration of a much longer time. Infiltration rate through binding fragments and mineral soil humus is usually greater than through the humus is more dense. The introduction of organic material into mineral soil, either natural or artificial, to increase the permeability due to increased porosity. Forest land has a high makropori which can pass large amounts of water. Most makropori evolved from the old roots hall and the hall made by insects, worms or other animals. Some are the result of pore structure and cracks in the soil. As a result of higher soil structure, the hallways, the rate of water percolation in the soil of forest land is higher than that shown for budidauya. Wood (1977) found that the rate of water infiltration in forest soil increased compared to soils planted fodder, pineapple or sugar cane in Hawaii. Found in forest soil density content (BD) and porosity greater than on agricultural land, will eventually have a greater water holding chamber at a depth of 15-45 cm.
Meningkatkanlaju stones in soil water infiltration due to differences in expansion and kontrasi between the rocks and soil in the hallway and makropori. But stone rusng reduce water storage capacity.
If the snow menutupu soil before freezing weather, this will protect ground water from freezing, evaporation will create permeability remained well during the winter. But if the soil has frozen before snow closes, the snow that shut down will delay the melting of snow dimuim spring, decreasing soil, infiltration and water storage in the soil, increasing rum-off surface. In the area of ​​transition between boreal forest and tundera, freezing to prevent infiltration of water and mud generate rather low although the total presentation.
Watershed forest burning (Dike) resulted in a barrier layer of water beneath the surface of ash which can cause excessive erosion and run-off and prevents re-growth of vegetation on range land. The heat that comes into the retaining of water produced due to evaporation of organic materials hidropobik above ground level during the occurrence of fires and result kondedsasi at the bottom of the cooler soil. The material is identified as hydro-carbon compounds derived from plants main material that decomposes (Savage et al. 1972)

Comments