Skip to main content

Arah dan Perkembangan Kehutanan Tropis dan Subtropis Serta Pengaruhnya terhadap kebutuhan Benih.








Luas hutan di kebanyakan negara tropis menurun pada tingkat yang membahayakan. Menurut perhitungan terakhir,FAO (1997) melaporkan bahwa selain India, yang mengalami penignkatan kecil, hampir semua negara tropis telah kehilangan hutannya selama periode 1990-1995.
Kerusakan hutan tertinggi terjadi di Amerika Tengah dan Asia Tenggara dengan kisaran antara 1,2-1,7 % per tahun. Di Afrika Barat rata-rata sekitar 1% per tahun, sementara kebanyakan lain di Afrika dan Amerika Selatan, berkisar antara 0,5 -0,8% setiap tahunnya. Di beberapa negara seperti di Filipina dan di Amerika Tengah, kerusakan hutan tergolong tinggi yaitu antar 3-3,5%. Di banyak negara lainnya, tingkat kerusakan menurun selama puluhan tahun terakhir hanya karena hutan yang dapat ditebang semakin berkurang.
Kebanyakan negara menyadari akan bahaya hilangnya hutan dan program penghutanan kembali secara besar-besaran telah dicanangkan oleh seluruh negara tropis yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan, perusahaan swasta dan proyek-proyek lainnya. Akan tetapi, sebagaimana gambaran tersebut diatas kegiatan penanaman hutan jarang sekali dapat berpacu dengan penebangan hutan, termasuk mengganti yang telah hilang dimasa silam.
Kerusakan hutan berpengaruh terhadap negara dan rakyatnya dalam banyak bentuk. Kerusakan produksi kayu mempengaruhi kehidupan sehari-hari jutaan rakyat di daerah pedesaan dan perkotaan. Kekurangan kayu pertukangan berpengaruh terhadap kegiatan pembangunan rumah kekurangan kayu bakar mempengaruhi kebiasaan memasak. Kerusakan kondisi lingkungan seringkali sangat berkaitan erat dengan kerusakan hutan. Kemunduran kualitas tanah, peningkatan kadar garam pada mata air, banjir yang terkadang terjadi dan lain-lain, dalam jangka menengah atau panjang akan berpengaruh terhadap jutaan rakyat daerah tropis saat ini.
Bahan-bahan pengganti kayu bakar, seperti minyak, batubara dan gas, yang dapat mengatasi kerusakan hutan di negara maju selama satu abad terakhir, belum terjangkau oleh kebanyakan masyarakat terpencil di negara berkembang. Selain itu, alternatif keperluan bahan kontruksi dan kebutuhan rumah tangga (beton, pelastik dan lain-lain) juga diluar kemampuan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, hanya satu jawaban untuk permasalahan itu; pohon-pohon dan hutan-hutan harus ditanam. Untuk mengembalikan hutan yang rusak dan untuk memperbaiki lahan yang mundur kualitasnya karena hal tersebut diatas, merupakan suatu tantangan yang berat dan membutuhkan sejumlah besar tanaman, yang akhirnya akan meningkatkan kebutuhan benih.
Penghutanan kembali bukan lagi merupakan tugas Departeman Kehutanan saja. Selama ini teknik penanaman hutan telah perubahan berkaitan dengan cakupan kebutuhan yang lebih luas. Kebanyakan kegiatan penanaman separuh abad ini dan sekitar tahun 1980 dipusatkan pada tanam industri dalam sekala besar, dan terfokus pada jenis yang mudah penanamannya seperti pinus, ekaliptus, jati dan mahoni, yang sekarang telah berubah kebidang yang lebih luas.Hutan masyarakat atau perhutanan sosial dengan komponen agroforesty, tanaman pelindung, tanaman keras di desa dan lain-lain, pada saat ini merupakan bagian utama dari komponen alami pada pengelolaan lahan tropis. Selanjutnya, rehabilitasi lahan dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan penanaman hutan seringkali merupakan bagian penting dari kebijakan kehutanan suatu negara.
Penanaman hutan tidak mungkin dapat menghasilakan keragaman tumbuhan dan margasatwa yang telah punah. Tetapi penanaman dalam sekala besar secara langsung masih dibutuhkan untuk menyediakan kayu industri yang penting, dan secara tidak langsung untuk melepaskan tekanan terhadap hutan alam yang tertinggal. Juga pada hutan tanaman industri, terjadi pergeseran dalam kebijakan kehutanan pada kebanyakan negara. Selama dekade terakhir, banyak negara telah menekankan pada penggunaan jenis lokal dalam pembuatan hutan tanaman yang sebelumnya di dominasi oleh jenis eksotik. Kecendrungan ini dan seiring dengan kegiatan penanaman yang luas tersebut, telah meningkatkan permintaan akan keragaman jenis yang lebih besar, termasuk jenis lokal yang penting dan kurang dikenal.
Areal penanaman, seleksi jenis dan tipe penanaman adalah faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan benih yang akan berpengaruh pula terhadap suplai benih. Secara simultan dengan adanya suplai benih, teknologi yang tepat pada jenis-jenis baru harus dikembangkan.




Direction and Development of Tropical and Subtropical Forest And Its Effect on Seed needs.

Forest area in most tropical countries declined at a dangerous level. According to the latest calculation, FAO (1997) reported that in addition to India, who suffered minor improvement , nearly all tropical countries have been losing its forests over the period 1990-1995.
The highest forest damage occurred in Central America and Southeast Asia with a range between 1.2 to 1.7% per year. In West Africa an average of about 1% per year, while most others in Africa and South America, ranging between 0.5 -0.8% annually. In some countries like the Philippines and in Central America, the destruction of forests is high that is between 3 to 3.5%. In many other countries, the level of damage decreased over the last decades only because the forest can be logged on the wane.
Most countries recognize the dangers of loss of forest and reforestation programs on a large scale has been endorsed by all tropical countries conducted by the Department of Forestry, private companies and other projects. However, as mentioned above description rarely forest planting activities can race against deforestation, including the change that has been lost in the past.
Damage to forests affect the country and its people in many forms. Damage to timber production affect the daily lives of millions of people in rural and urban areas. Construction timber shortages affect housing construction activity firewood shortage affects cooking habits. Damage to the environmental conditions are often very closely related to forest destruction. Deterioration of soil quality, increasing salinity in the spring, the floods which sometimes happens and others, in the medium or long term will affect the millions of people of the tropics today.
Materials firewood substitute, such as oil, coal and gas, which can overcome the destruction of forests in developed countries during the last century, has not been reached by the most remote communities in developing countries. In addition, alternative materials for construction and household needs (concrete, plastic and others) are also beyond the capacity of rural communities. Therefore, only one answer to that problem; the trees and forests should be planted. To restore the damaged forest and land backward to improve quality because those things, is a tough challenge and requires a large number of plants, which ultimately will increase the need for seed.
Reforestation is no longer a task Forestry Department only. During this forest planting techniques have been changes in relation to a broader range of needs. Most planting half of this century and around 1980 focused on the growing industry in large scale, and focused on an easy-type plantings, such as pine, eucalyptus, teak and mahogany, which has now been changed into the broader field. Forest community or social forestry components agroforesty, cover crops, cash crops in the village and others, is now the main part of a natural component of tropical land management. Furthermore, land rehabilitation and watershed management with the planting of forests are often an important part of a country's forestry policy.
Planting forests can not possibly resulting in the diversity of plants and wildlife that have become extinct. But planting in large scale direct is still needed to provide an important timber industry, and indirectly to release the pressure on natural forests are left. Also in industrial plantations, there was a shift in forestry policy in most countries. Over the last decade, many countries have been emphasizing the use of local species in the manufacture of plantation forests that were previously dominated by exotic species. This tendency and in line with the extensive planting activities, has increased the demand for a greater diversity of species, including important local species and less known.
The area of planting, species selection and planting types are factors that influence the need for seeds to be influential also on seed supply. Simultaneously with the supply of seeds, the right technology at the new types must be developed.


Comments