Skip to main content

Meranti Terancam Punah





Dikutip dari Kompas.com pada Senin, 27 September 2010 | 18:43 WIB


Populasi tumbuhan kayu meranti mendekati kepunahan. Meranti yang merupakan spesies dari famili Dipterocarpaceae masuk dalam penetapan spesies prioritas konservasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI.
Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dr Tukirin Partomiharjo, Senin (27/9/2010), mengatakan, meranti bersama tumbuhan lain dalam famili Dipterocarpaceae seperti kayu kapur, kruing, dan bengkirai menjadi spesies yang paling banyak dimanfaatkan manusia. Namun, pengeksplorasian besar-besaran terhadap tumbuhan ini membuat populasinya terus berkurang.
Tukirin mengungkapkan, kayu-kayu jenis di atas banyak ditanam di dataran rendah. Tumbuhan di kawasan ini rawan kepunahan karena tak ada payung hukum yang melindunginya. Oleh karena itu, LIPI menempatkannya sebagai salah satu prioritas konservasi pada tahun ini.
"Jenis tanaman di dataran rendah memang menghadapi tingkat kepunahan yang sangat tinggi karena tidak ada payung hukum yang melindungi sehingga bisa digunakan untuk macam-macam," kata Tukirin di Gedung Konservasi LIPI, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.
Meski masuk dalam prioritas dilindungi, ia mengatakan, tak perlu ada kekhawatiran jika jenis tumbuhan ini tak bisa lagi dimanfaatkan. Pelabelan prioritas konservasi merupakan upaya sosialisasi bahwa tumbuhan target terancam kehilangan populasi. "Kalau sudah begini, maka harus ada upaya perlindungan dan pengawetan sehingga kita tidak kehilangan populasinya," ujar Tukirin.

Mengenal Meranti merah

Meranti merah adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam perdagangan. Berbagai jenis kayu meranti dihasilkan oleh marga Shorea dari suku Dipterocarpaceae. Sekitar 70 spesies dari marga ini menghasilkan kayu meranti merah.

Meranti merah tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya berkisar antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan BJnya, kayu ini dibedakan lebih lanjut atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini, sementara jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu.
Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah. Namun kayu meranti merah cukup mudah diawetkan dengan menggunakan campuran minyak diesel dengan kreosot.
Meranti merah merupakan salah satu kayu komersial terpenting di Asia Tenggara. Kayu ini juga yang paling umum dipakai untuk pelbagai keperluan di kawasan Malesia.
Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan mebel dan perabot rumahtangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merah-tua yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu.
Meranti merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas.
Di samping menghasilkan kayu, hampir semua meranti merah menghasilkan damar, yakni sejenis resin yang keluar dari batang atau pepagan yang dilukai. Damar keluar dalam bentuk cairan kental berwarna kelabu, yang pada akhirnya akan mengeras dalam warna kekuningan, kemerahan atau kecoklatan, atau lebih gelap lagi.
Beberapa jenis meranti merah menghasilkan buah yang mengandung lemak serupa kacang, yang dikenal sebagai tengkawang. Pada musim-musim tertentu setiap beberapa tahun sekali, buah-buah tengkawang ini dihasilkan dalam jumlah yang berlimpah-ruah; musim mana dikenal sebagai musim raya buah-buahan di hutan hujan tropika. Di musim raya seperti itu, masyarakat Dayak di pedalaman Pulau Kalimantan sibuk memanen tengkawang yang berharga tinggi.


Meranti Endangered
Meranti wood plant populations approaching extinction. Meranti is a species of the family Dipterocarpaceae species included in the determination of conservation priorities Indonesian Institute of Sciences or LIPI. Researchers from the Research Center for Biology LIPI, Dr Tukirin Partomiharjo on Monday (9/27/2010), said the timber with other plants in the family Dipterocarpaceae such as wood, lime, kruing, and bengkirai become the most widely used species of human. However, exploring the massive of these plants to make the population continues to decrease.
Tukirin revealed, the timber species over many planted in the lowlands. Plants in this region prone to extinction because there is no legal umbrella to protect him. Therefore, LIPI placing it as one conservation priority this year.
"The type of plants in the lowlands is facing a very high level of extinction because there are no laws protecting umbrella so that it can be used for all kinds," said Tukirin in Building Conservation LIPI, Bogor Botanic Garden, West Java.
Although included in the priority protected, he said, there need not worry if this species could no longer be utilized. Labeling is a conservation priority dissemination efforts that target plants at risk of losing population. "If you have this, then there must be protection and preservation efforts so that we do not lose population," said Tukirin.

Know the Red Meranti
Red meranti is the name of a popular type of construction timber in the trade. Various types of meranti wood produced by the clan of the tribe Dipterocarpaceae Shorea. About 70 species of this genus produce red meranti. Red meranti hardwood relatively lightweight to heavy-medium. Density ranged from 0.3 to 0.86 at 15% moisture content. Wood porch pale pink, brownish pink, dark red to dark red or even brown. Based BJnya, wood is distinguished further on meranti a lighter pink and dark red meranti more severe. But there is overlap between these two groups, while certain types of Shorea sometimes produce two kinds of wood.
According to its strength, red meranti species can be classified in a strong class II-IV, while the durability is categorized in class III-IV. Wood is not very resistant to weather influences, so it is not recommended for use outdoors and in contact with soil. However, red meranti wood is easy enough preserved by using a mixture of diesel oil with creosote.
Red Meranti is one of the most important commercial timber in Southeast Asia. Wood is also the most commonly used for various purposes in the area of Malesia.
Wood is commonly used as construction timber, wood panels for walls, attic, insulation of the room, materials and furnishings household furniture, toys, caskets and others. Red meranti heavier-old is used for moderate to heavy construction, beams, rafters, door frames, doors and windows, floor boards, bridge decks, as well as to make a boat.
Red meranti good also to make processed wood such as particle board, harbor, and veneer for plywood. In addition, the timber is suitable to be used as wood pulp, paper-making materials.
In addition to producing timber, almost all red meranti produce resin, which is a resin that comes out of the trunk or pepagan of the injured. Damar out in the form of gray-colored viscous liquid, which in turn will harden in the color yellow, reddish or brown, or darker.
Some types of red meranti produce fruits that contain similar fat bean, known as tengkawang. In certain seasons every few years, the fruits of this tengkawang produced in abundant quantities, which is known as the winter season feast of fruits in tropical rainforests. In the season of such highway, the Dayak community in the interior of the island of Borneo busy harvesting valuable tengkawang high.

Comments