Skip to main content

KEMAMPUAN REPRODUKSI HARIMAU


Apabila kondisi menguntungkan, populasi harimau dapat berkembang dengan pesat. Masa kehamilannya pendek yaitu hanya 103 hari. Harimau betina beranak relative cepat, dan mereka memasuki masa oestrus yang cepat diikuti dengan kematian atau perginya sang harimau muda. Parameter demografi untuk harimau terdokumentasikan dengan baik di Chitwan National Park, kerajaan Nepal (Sunquist 1981; Smith et al. 1987a; Smith & McDougal 1991). Data tersebut menunjukan bahwa harimau betina melahirkan pertama kali pada usia sekitar tiga tahun (rata-rata = 3,4 tahun, n = 5)setelah menetap di suatu tempat.
Pada umumnya, jumlah anak harimau per satu kelahiran adalah tiga ekor (rata-rata = 2,98, range = 2-5, n = 49) namun bisa sampai 5 ekor dan jarak antara kelahiran bisa 20 bulan (rata-rata = 21,6 bulan, range 20-24, n=7). Jarak antara kelahiran yang relative pendek ini dapat mempertinggi hasil reproduksi harimau betina, terutama jika jumlah anak harimau per kelahirannya banyak dan daya tahan untuk harimau muda adalah tinggi. Seperti yang terjadi dalam tiga kasus, apabila seluruh anak harimau mati setelah kelahiran, maka jarak antar kelahiran harimau itu adalah 7-8 bulan.
Populasi harimau dapat pulih relatif cepat dari kerugian substansial, selama populasi habitat dan mangsa masih tetap utuh. Catatan terdahulu tentang kegiatan perburuan (shikar) menunjukan bahwa ratusan harimau dibunuh pada masa perburuan di nepal. Beberapa tahun kemudian dan di daerah yang sama, tercatat jumlah pembunuhan yang sama (Smythies 1942). Perburuan yang dilakukan dari bulan Desember sampai pebuari, melibatkan ratusan gajah pemukul dan menjangkau wilayah hidup harimau seluas ratusan kilometer persegi. Perburuan di Chitwan (antara tahun 1935-1936) mengakibatkan terbunuhnya 77 ekor harimau; tiga tahun kemudian. 120 ekor harimau terbunuh di tempat yang sama, 47 ekor harimau terbunuh antara tahun 1933-1934 di Naya Muluk, sekitar 270 Kilometer barat Chitwan. Tiga tahun kemudian 59 ekor harimau ditembak di tempat yang sama.
Satu-satunya data jangka panjang tentang potensi pengembangbiakan harimau yang tersisa adalah dari Rusia, yang mencatat perkiraan ukuran dan struktur populasi harimau (E.N Amur di Smrnov & D.Gmiquelle volume ini). Dimana antara tahun 1963 sampai 1965 belum terdapat harimau di reservasi ini walau sudah memiliki habitat yang bermutu dengan dampak manusia yang minimal. Harimau muncul pertama kali di daerah tersebut pada tahun 1966 dan pada tahap kolonialisasi selanjutnya (1966-1933) tercatat peningkatan populasi harimau dari 1 ekor menjadi 24-31 ekor. Tingkat pertumbuhan rata-rata di reservasi ini adalah 6% per tahun selama periode 28 tahun, namun kadang-kadang reservasi untuk segmen populasi lain. Segmen populasi harimau dewasa meningkat hingga tahun 1985 kemudian bergerak stabil, hal ini mungkin dikarenakan daerah pengembang biakan yang ada setelah tersial. Selanjutnya pertumbuhan yang ada dikaitkan dengan kehadiran harimau-harimau yang lebih muda dan pra-dewasa dalam populasi harimau disana.
Sementara data pertumbuhan populasi harimau dari Rusia merupakan satu-satunya data jangka panjang yang tersedia, perkiraan kasar ( anecdotal accounts) dan hasil penelitian lain menunjukan bahwa jumlah harimau betina dengan anak-anaknya di Kanha Tiger Reserve, India berfariasi, dari 25% sampai 43% (Schaller 1967 & Panwar 1979b). Di Chitwan Nasional Park Nepal, perkiraan tentang persentasi harimau betina dengan anak-anaknya bervariasi antara 50% hingga 87% (McDougal 1977 dan Smith 1978). Dengan cara yang sama, jumlah rata-rata harimau muda per induknya bervariasi dari 1,2 (n=12) di Rusia hingga 2,98 (n = 49) di Nepal (Smith dan McDougal 1991; E.N. Smirnov dan D.G Micqullen volume ini)
Bervariasinya parameter ini menunjukan bahwa harimau dapat dan mampu merespon secara reproduktif terhadap perubahan kondisi lingkungan. Sebagai contoh, di Kanha Tiger Reserve, pengawasan yang ketat dapat lebih meningkatkan perlindungan terhadap harimau dari usaha-usaha perburuan liar, sedangkan pemindahan beberapa pemungkiman penduduk setempat dapat menciptakan habitat unglate besar yang lebih banyak dan lebih baik. Ini berarti kondisi yang lebih baik bagi harimau. Sebelum kemajuan ini di capai, dulu hanya ada satu tempat di suaka tersebut dimana harimau betina muncul bersama anak-anaknya. Pada saat itu Schaller (1967) memperkirakan bahwa 25% harimau betina mempunyai anak. Sesudah itu dicatat adanya pengembang biakan harimau di tiga tempat dalam reserve tersebut dengan presentasi perbandingan 43% harimau betina dengan anak-anaknya (Panwar1979b). Selama periode stabilisasi populasi harimau, secara mengejutkan populasi harimau betina yang memiliki anak di habitat daratan floodpalin adalah 87% (Smith 1978). Di Rusia tidak berubah secara signifikan selama masa kolonialisasi Sikhota-Alin, dimana ia bervariasi antara 31%-48%, namun tingkat reproduksinya (anak harimau per induk per tahun) mengalami perubahan (E.N, Smirnov & DG Miquelle volume ini). Jumlah anak per kelahiran meningkat secra signifikan yaitu dari angka 1,2 pada periode 1966-1975 menjadi 1,9 pada periode 1985-1993. peningkatan ini terkait dengan perbedaan usia pada induk betina yang melahirkan, dimana mereka memiliki jumlah anak per kelahiran yang lebih sedikit diantara harimau betina yang muda pada masa tahap awal, namun semakin meningkat pada tahap-tahap berikutnya dimana induk betina semakin matang.
Sedangkan jumlah harimau per kelahiran di Rusia lebih sedikit dibandingkan dengan data yang dilaporkan di Nepal, hal ini diakibatkan oleh mutu habitat dan kepadatan mangsa yang lebih tinggi di Chitwan. Meskipun demikian data yang diperoleh dari Rusia menunjukan bagaimana populasi harimau Amur dapat tumbuh dengan cepat dibawah kolonialisasi yang baru yang memiliki populasi mangsa yag sehat.


REPRODUCTIVE ABILITY TIGER
If conditions beneficial, tiger populations can evolve rapidly. Short pregnancy lasting only 103 days. Tigress breed relatively quickly, and they enter a period of rapid oestrus followed by death or departure of the young tiger. Demographic parameters for well documented tiger in Chitwan National Park, the kingdom of Nepal (Sunquist 1981; Smith et al. 1987A; Smith & McDougal 1991). The data showed that the tigress gave birth to the first time in about three years of age (mean = 3.4 years, n = 5) after settling in one place.
In general, the number of tiger cubs at a birth is three tail (mean = 2.98, range = 2-5, n = 49) but can be up to 5 birds and spacing between births could be 20 months (mean = 21, 6 months, range 20-24, n = 7). The distance between the relatively short birth may enhance reproductive outcome tigress, especially if the number of cubs per birth are many and endurance for the young tiger is high. As happened in three cases, if the entire tiger cubs died after birth, then the distance between the birth of the tiger is 7-8 months.
Tiger populations can recover relatively quickly from substantial losses, as long as the habitat and prey populations still remain intact. Note earlier about hunting (shikar) shows that hundreds of tigers were killed during the hunt in Nepal. A few years later and in the same area, recorded the same number of murders (Smythies 1942). Hunting is done from December to pebuari, involving hundreds of elephants live bat and reach areas covering hundreds of square kilometers of tiger. Hunting in Chitwan (between the years 1935 to 1936) resulted in killing 77 tigers, three years later. 120 tigers killed in the same place, 47 tigers were killed between the years 1933-1934 in the Naya Muluk, about 270 Kilometers west of Chitwan. Three years later, 59 tigers have been shot in the same place.
The only long-term data about the potential of breeding tigers left is from Russia, who recorded the approximate size and population structure of tiger (EN Amur in Smrnov & D. Gmiquelle this volume). Where between 1963 to 1965, there are no tigers in this reserve despite already having a quality habitat with minimal human impact.
Tiger appears first in the area in 1966 and in subsequent stages of colonization (1966-1933) recorded an increase of 1 whole tiger population to be 24-31 tail. The average growth rate in this reservation is 6% per annum during the period of 28 years, but sometimes a reservation for other segments of the population. Adult tiger population segment increased to 1985 and then moved stable, this may be due to the existing breeding areas after tersial. Further growth is associated with the presence of the tigers who are younger and pre-adults in the tiger population there.
While the tiger population growth data from Russia are the only long-term data are available, rough estimates (anecdotal accounts) and other research results showed that the number of female tigers with their children in Kanha Tiger Reserve, India berfariasi, from 25% to 43% (Schaller 1967 & Panwar 1979b). Chitwan National Park in Nepal, estimates of the percentage of female tigers with their children varies between 50% to 87% (McDougal 1977 and Smith 1978). In the same way, the average number of young tigers per parent varies from 1.2 (n = 12) in Russia up to 2.98 (n = 49) in Nepal (Smith and McDougal 1991; EN Smirnov and DG Micqullen this volume)
Variations in this parameter indicates that the tigers can and able to respond reproductively to changes in environmental conditions. For example, in the Kanha Tiger Reserve, close supervision to further improve protection of tigers from poaching efforts, while the removal of some local residents pemungkiman unglate can create great habitat for more and better. This means better conditions for the tigers. Prior to this progress in reaching, long ago there was only one place in the asylum is where the tigress comes with her children. At that time, Schaller (1967) estimates that 25% of the female tiger have a child. After that recorded the breeding of tigers in three places in the reserve ratio of 43% with the presentation of a tigress with her children (Panwar1979b). During the stabilization period tiger population, surprisingly a female tiger who have children in mainland habitats floodpalin is 87% (Smith 1978). In Russia did not change significantly during the period of colonization Sikhota-Alin, in which he varied between 31% -48%, but the reproductive rate (cubs per mother per year) experienced a change (EN, Smirnov & DG Miquelle this volume). The number of children per birth increased significantly from the number secra 1.2 in the period 1966-1975 to 1.9 in the period 1985-1993. increase is associated with differences in female age at the birth, where they have a number of children per birth is much less among the young female tiger in the early stages, but has increased in the next stages where the more mature female parent.
While the number of tigers per birth in Russia is less than the data reported in Nepal, this is caused by the quality of habitat and prey density is higher in Chitwan. Nevertheless the data obtained from Russia shows how the Amur tiger population can grow rapidly under the new colonization that has  prey populations healthy.

Comments

Post a Comment

Isi Komentar kamu untuk Posting ini!!